LAPORAN STUDI KASUS
MANAJEMEN
ASUHAN PADA NY.”B” DI PUSKESMAS ANDOOLO KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2013
Disusun untuk
memenuhi salah Satu Tugas Mata Metode Penelitian
Dosen : Kartini, S.Si.T, M.Kes
Disusun oleh :
RIYANTI
P00324011089
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekian banyak
perbedaan yang ada di antara Negara berkembang dan Negara maju, salah
satu perbedaan terbesar adalah risiko yang dihadapi ibu saat hamil dan
melahirkan. Setiap tahun terdapat lebih dari 150 juta ibu hamil di Negara
berkembang, sekitar 500.000 di antaranya akan meninggal akibat penyebab yang
berkaitan dengan kehamilan, dan 50 juta lainnya akan menderita karena
kehamilannya mengalami komplikasi. (Widyastuti, 2003)
Menurut WHO (World Health Organization) kematian maternal ialah kematian seorang wanita
waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun,
terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri
kehamilan. Sebab – sebab kematian ini yang langsung di sebabkan oleh komplikasi – komplikasi
kehamilan. Angka kematian yang tinggi setengah abad yang lalu umumnya mempunyai sebab pokok yaitu masih kurangnya pengetahuan mengenai sebab – musabab dan penanggulangan
komplikasi – komplikasi penting dalam kehamilan (Saifuddin, 2010). Menurut WHO (World Health
Organization) bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di
dunia adalah 500.000 jiwa pertahun, kematian ibu
tersebut terjadi di Negara
berkembang sebesar 99% (Manuaba, 2010)
Menurut data dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 307 per 100.000
kelahiran hidup sedangkan angka kematian ibu untuk Provinsi Sulawesi Tenggara
tahun 2005 adalah 354/100.000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Ibu 2006 di Sulawesi Tenggara sebesar 189
per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian ibu di Sulawesi Tenggara,
yaitu perdarahan (55,22%), eklamsi (28,42%), infeksi (11,29%) dan
lain-lain (5,06%). Penyebab kematian tersebut dapat dicegah dengan pemeriksaan
kehamilan (antenatal care), persalinan (intranatal care), dan nifas (post
natal) yang memadai (Profil Dinkes Propinsi Sultra, 2007).
Di sisi lain, kemauan ibu untuk memanfaatkan pelayanan
antenatal care di sarana-sarana kesehatan masih relatif rendah. Hal ini
tercermin untuk Sulawesi Tenggara kunjungan (K-1) tahun 2006 sebesar 84,22%,
kemudian kunjungan ibu hamil lama (K-4) sebesar 75,21%, target cakupan K-1
sebesar 97,9% dan K-4 minimal 88,6%, sasaran ibu hamil sekitar 96.072 orang.
Untuk tahun 2007 kunjungan K-1 sebesar 79,73%, untuk K-4 sebesar 72,75%. untuk
target K-1 Minimal 90%, untuk K-4 minimal 84,8%, sasaran sekitar 59,281 orang.
Tahun 2008 kunjungan K-1 sekitar 31,88%, K-4 75,73%, target K-1 minimal 86%,
K-4 95,6%. Untuk sasaran ibu hamil sekitar 2.122 orang (Profil Dinkes
Provinsi Sultra, 2007).
Untuk Kabupaten
Konsel tahun 2006 cakupan K-1 sekitar 91,30%, dan K-4 sebesar 82,45 %,
target K-1 minimal 99,8% K-4 95% dan sasaran 6.688 orang, untuk tahun 2007
cakupan K-1 yaitu sekitar 57,17% dan K-4 78,31% sera target K-1 minimal 82,6%,
K-4 90,4%, sasaran ibu hamil 9528 orang, untuk tahun 2008 cakupan K-1 yaitu
sekitar 80,4%, K-4 72,88% dan target K-1 minimal 90% dan K-4 minimal 80,8%,
sasaran ibu hamil sebesar 6.704 orang (Profil Dinkes Kabupaten Konsel, 2007)
Di wilayah kerja Puskesmas Andoolo, cakupan K-1 untuk tahun 2009 sekitar 76,2%
dan K-4 sebesar 46%, dan target K-1 82%, K-4 94%, untuk sasaran ibu hamil 439
orang kemudian untuk tahun 2010 cakupan K-1
sekitar 52%, K-4 46% target K-1 90%, K-4 96%. Sasaran ibu hamil 656 orang.
Untuk tahun 2011 cakupan K-1
71%, K-4 90% target K-1 80%, K-4 99,6% sasaran ibu hamil 597 orang
jauh lebih rendah dari Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kab. Konsel yang telah ditetapkan yakni 95%. Angka
tersebut menunjukkan bahwa frekuensi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya
masih tergolong rendah. (Data Puskesmas
Andoolo Kabupaten
Konawe selatan , 2011)
Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan,
infeksi, toxemia gravidarum, partus macet, abortus dan ruptur uteri
(Prawirohardjo, 2005). Penyebab langsung kematian ibu sebagian besar dapat
dideteksi dan dicegah pada masa kehamilan yaitu dengan pelaksanaan asuhan
kebidanan atau biasa dikenal Ante Natal Care (ANC) (Salmah, 2006).
Asuhan kebidanan merupakan pelayanan kesehatan utama yang
diberikan kepada ibu, anak, keluarga dan masyarakat. Setiap ibu hamil akan
menghadapai resiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap ibu
hamil memerlukan asuhan selama kehamilannya (Salmah, 2006).
Proses kehamilan sampai melahirkan merupakan rantai satu
kesatuan dari hasil konsepsi. Pemeriksaan kehamilan dilakukan pada setiap
kehamilan terutama kehamilan pertama. Perlunya pengawasan awal agar dapat
secepatnya diketahui apakah ada komplikasi pada kehamilan tersebut. Kehamilan
merupakan yang besar maknanya, kehamilan memerlukan pengawasan minimal 4 kali
dalam kunjungan (Prawiroharjo, 2002).
Pada saat
persalinan juga memegang peranan penting untuk menekan Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Angka Kematian Bayi (AKB) dengan melakukan pertolongan persalinan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan,
dan dengan melakukan persalinan yang aman.
Begitu juga dimasa nifas, diperlukan pemantauan kesehatan ibu dan bayi sampai 4 atau 6 minggu sehingga dapat mendeteksi komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi selama masa nifas dan bayi baru lahir. (Mochtar, 1998)
Begitu juga dimasa nifas, diperlukan pemantauan kesehatan ibu dan bayi sampai 4 atau 6 minggu sehingga dapat mendeteksi komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi selama masa nifas dan bayi baru lahir. (Mochtar, 1998)
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk
membahas kasus Ny. ”B” selama kehamilan, persalinan dan nifas dalam laporan studi
kasus dengan judul ”Manajemen Kebidanan pada Ny. ”B” dalam masa kehamilan,
persalinan, dan nifas di Puskesmas Andoolo Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2013”
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan
uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah studi kasus ini
adalah “Bagaimana Manajemen Kebidanan pada Ny. ”B” dalam masa
kehamilan, persalinan, dan nifas di Puskesmas Andoolo Kabupaten Konawe Selatan
Tahun 2013 ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
Untuk
mengetahui penerapaan dan pengaplikasian Manajemen Asuhan Kebidanan
pada ibu hamil, bersalin, dan nifas pada Ny. ”B” di Puskesmas Andoolo Kabupaten
Konawe Selatan Tahun 2013.
2. Tujuan khusus :
a. Untuk
mengidentifikasi Manajemen Asuhan Kebidanan pada ibu hamil,
bersalin, dan nifas pada Ny. ”B” di Puskesmas Andoolo Kabupaten
Konawe Selatan.
b.
Untuk mengidentifikasi pemberian Asuhan Kebidanan pada ibu hamil, bersalin dan
nifas.
D.
Manfaat Penelitian
1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis
mengenai manajemen kebidanan serta meningkatkan pengalaman penulis dalam bidang
study kasus.
2. Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan
khususnya petugas puskesmas tentang
pentingnya penerapan dan pengaplikasian pada Ny. ”B” dalam masa
kehamilan, persalinan, dan nifas di Puskesmas Andoolo Kabupaten Konawe Selatan
Tahun 2013.
3.
Bermanfaat bagi para pembaca untuk dapat mengetahui Manajemen
Kebidanan pada Ny. ”B” dalam masa kehamilan, persalinan, dan nifas di Puskesmas
Andoolo Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2013.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
TELAAH PUSTAKA
1.
Kehamilan Normal
a.
Pengertian
Kehamilan ialah pertumbuhan dan perkembangan janin intra
uteri mulai konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. (Manuaba, 1998)
Kehamilan adalah masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin
(Prawirohardjo,S, 1995).
Kehamilan adalah suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan keturunan
yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh di dalam
rahim ibu (Depkes RI,1994)
Kehamilan adalah dimulai dari ovulasi sampai partus
yaitu kira‑kira 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300
hari (43minggu) (Prawirohardjo,S, 1995)
Dihitung dari pertama haid terakhir, kehamilan dibagi
dalam 3 trimester yaitu :
a. Trimester
pertama yaitu : dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan.
b. Trimester
kedua yaitu : dimulai dari bulan ke empat sampai 6 bulan.
c. Trisemester
ketiga yaitu : dimulai dari bulan ke tujuh sampai 9 bulan.
b. Perubahan
Fisiologis Dan Psikologis Pada Kehamilan
a) Perubahan‑perubahan Maternal
1. Minggu ke‑4
Ibu terlambat
menstruasi. Payudara menjadi nyeri dan membesar, kelelahan yang kronis dan
sering kencing mulai terjadi dan berlangsung sampai 3 bulan, berikutnya. HCG di
dalam urine dan serum 9 hari setelah konsepsi.
2. Minggu ke‑8
Mual dan
muntah/morning sickness, mungkin
terjadi sampai 12 minggu. Uterus berubah dari bentuk pear menjadi globular.
Tanda‑tanda hegar dan Goodell muncul, servic fieksim leukorhoe meningkat. Ibu
mungkin terkejut atau senang dengan kehamilannya. Penambahan BB tidak terlihat.
3. Minggu ke‑12
Tanda Chedwick
muncul. Uterus naik diatas symphisis pubis. Kontraksi
Braxton Hicks mulai dan mungkin terus berlangsung selama kehamilan. Potensi untuk
menderita infeksi saluran kencing meningkat dan ada selama kehamilan. Kenaikan BB sekitar 1‑2 kg selama
trimester pertama. Plasenta berfungsi penuh dan memproduksi hormon.
4. Minggu ke‑16
Fundus berada di tengah antara symphisis dan pusat. BB
ibu bertambah 0,4-0,5kg perminggu selama sisa kehamilan. Mempunyai lebih banyak
energi, diameter lebih biparietal dapat diukur dengan ultrasound. Sekresi
vagina meningkat. Tekanan pada kandung kencing berkurang dan sering kencing
berkurang.
5. Minggu ke‑20
Fundus mencapai pusat, payudara mulai sekresi
colostrum. Kantung ketuban menampung 400cc cairan. Rasa akan pingsan dan pusing
mulai terjadi jika posisi berubah secara mendadak. Varises pembuluh darah
mungkin mulai terjadi, ibu merasakan gerakan janin. Areola mamae bertambah
gelap, mungkin terjadi kram pada kaki.
6. Minggu ke‑38
Penurunan bayi
kedalam pelviks/panggul ibu, plasenta setebal hampir 4 kali waktu 18 minggu dan
beratnya 0,5‑0,6 kg. Ibu ingin sekali melahirkan anak, sakit pinggang dan
sering kencing meningkat. Braxton
hick meningkat karena serviks dan SBR mempersiapkan persalinan.
b) Perubahan‑perubahan
Hormonal pada lbu
Selama siklus normal menstruasi, pituitary anterior
memproduksi LH dan FSH. FSH menstimulasi Grafian Follicle untuk menjadi matang
dan berpindah ke permukaan ovarium di mana ia dilepaskan. Folikel yang kosong
dikenal sebagai corpus liteum yang distimulasi oleh LH untuk memproduksi
progesteron. Progesteron dan Esterogen menstimulasi perkembangbiakan desidua
dalam upaya mempersiapkan implantasi jika kehamilan terjadi.
Plasenta yang terbentuk dan berfungsi lengkap 10 minggu
setelah pembuahan mengambil alih tugas corpus luteum untuk memproduksi
Esterogen dan Progesteron.
1. Hormon estrogen
a) Pengaruh umum
Menyebabkan pertumbuhan, baik ukuran maupun jumlah sel.
b) Pengaruh
Khusus
Menyebabkan
penebalan endometrium sehingga ovum yang sudah dibuahi dapat tertanam.
Menyebabkan hypeolophy dinding uterus dan peningkatan
ukuran pembuluh darah dan lymphatics yang mengakibatkan peningkatan
vaskularisasi, kongesti dan odema.
Perubahan
yang terjadi :
a) Tanda
Chedwick : warna biru / ungu di vulva dan vagina
b) Tanda
Goodell : melemahnya serviks
c) Tanda Hegar
: melemahnya isthmus uteri
d) Hyphertrophy dan Hyperplasia otot uterus.
e) Hyphertrophy
dan Hyperplasia jaringan payudara termasuk sistem pembuluh
2. Hormon
progesteron
a) Pengaruh
Umum :
Peningkatan sekresi, mengendurkan otot-otot halus.
b) Pengaruh
Khusus :
1. Menyebabkan perubahan endometrium sehingga ovum
yang sudah dibuahi dapat tertanam.
2. Mengendurkan
otot‑otot halus yang berakibat :
(a) Meningkatkan
waktu pengosongan lambung dan gerak peristaltik.
(b) Meningkatkan gastric refick
karena pengendoran cardiac spinter, rasa panas dalam perut.
(c) Penurunan motilitas gastro
intestinal yang mengakibatkan konstipasi.
(d) Pembuluh darah arteri dan
dinding, vena mengendur dan membuka meningkatkan kapasitas vena dan venulus.
c. Pemeriksaan
Kehamilan (Antenatal care)
Antenatal
care adalah cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil
normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. Pelayanan antenatal atau
yang sering disebut pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan yang di berikan oleh
tenaga profesional yaitu dokter spesialisasi bidan, dokter umum, bidan,
pembantu bidan dan perawat bidan. Untuk itu selama masa kehamilannya ibu hamil
sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia
merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan asuhan antenatal. Bidan
melakukan pemeriksaan klinis terhadap kondisi kehamilannya. Bidan memberi KIE
(Komunikasi, Informasi, Edukasi) kepada ibu hamil, suami dan keluarganya
tentang kondisi ibu hamil dan masalahnya.Cakupan K1 merupakan gambaran besaran
ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan,
untuk mendapatkan pelayanan antenatal.
Kunjungan ibu hamil K4 adalah ibu hamil
yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit 4 kali
dengan distribusi pemberian pelayanan minimal 1 kali pada triwulan pertama, 1
kali pada triwulan kedua, dan 2 kali pada triwulan ketiga umur kehamilan.13
Perawatan yang diberikan kepada ibu hamil secara berkala dan teratur sangat
penting, sebab merupakan upaya bersama antara petugas kesehatan dan ibu hamil,
suami, keluarga dan masyarakat, mengenai :
1. Aspek kesehatan dari ibu dan janin untuk
menjaga kelangsungan kehamilan, pertumbuhan janin dalam kandungan, kelangsungan
hidup ibu dan bayi setelah lahir.
2. Aspek psikologi, agar dalam menghadapi kehamilan
dan persalinannya ibu hamil mendapatkan rasa aman, tenang, terjamin dan
terlindungi keselamatan diri dan bayinya.
3. Aspek
sosial ekonomi, ibu hamil dari keluarga miskin (gakin) pada umumnya tergolong
dalam kelompok gizi kurang, anemia, penyakit menahun. Ibu resiko tinggi atau
ibu dengan komplikasi persalinan dari keluarga miskin membutuhkan dukungan
biaya dan transportasi untuk rujukan ke rumah sakit.
d.
Tujuan Pemeriksaan Kehamilan
Tujuannya adalah menyiapkan seoptimal
mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan, dan
nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat. Dengan pemeriksaan
kehamilan dapat mengenali dan menangani faktor resiko yang mungkin dijumpai
dalam kehamilan, persalinan dan nifas, mengobati penyakit-penyakit yang mungkin
diderita sedini mungkin, menurunkan angka morbiditas dan mortalitas anak,
memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari, keluarga berencana,
kehamilan, persalinan, nifas, dan laktasi, dan juga mengembalikan kesehatan ibu
saat akhir kala nifas.
e.
Jadwal Pemeriksaan Kehamilan
Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara
ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal standar
untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan tidak mengandung
arti bahwa selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat
sebaliknya, yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan di rumahnya atau
di posyandu. Adapun jadwal pemeriksaan kehamilan adalah:
1. Minimal 1 kali pada trimester I (sebelum 14
minggu)
2. Minimal 1 kali pada trimester II (antara
minggu 14-28)
3. Minimal 2 kali pada trimester III. (antara
minggu 28-36 dan sesudah minggu ke-36).
Menurut depkes
RI (2002) pemeriksaan kehamilan berdasarkan kunjungan antenatal dibagi atas :
a. Kunjungan
pertama (K1) Meliputi : (1). Identitas /biodata, (2). Riwayat kehamilan, (3).
Riwayat kebidanan, (4). Riwayat kesehatan, (5). Riwayat sosial ekonomi, (6).
pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan, (7). Penyuluhan dan konsultasi.
b. Kunjungan keempat(K4) Meliputi : (1). Anamnesa
keluhan/masalah, (2). Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan, (3).
Pemeriksaan psikologis, (4). Pemeriksaan laboratorium bila ada
indikasi/diperlukan, (5). Diagnosa akhir (kehamilan normal, terdapat penyulit,
terjadi komplikasi, atau tergolong kehamilan resiko tinggi), (6). Sikap dan
rencana tindakan (persiapan persalinan dan rujukan).
f.
Kegiatan Pemeriksaan Kehamilan
Untuk
menegakkan kehamilan dengan komplikasi pada ibu dan janin adalah dengan cara :
1. Anamnesis
Kegiatan
anamnesis merupakan kegiatan yang perlu dilakukan dalam setiap kegiatan
perawatan kehamilan. Anamnesis berupa pertanyaan terarah yang ditujukan kepada
ibu hamil, untuk mengetahui keadaan ibu dan faktor resiko yang dimilikinya. Pelaksanaan
pelayanan antenatal perlu mengetahui makna dan tujuan dari setiap pertanyaan
yang diajukan. Pertanyaan yang diajukan dalam anamnesis adalah :
a. Keluhan utama, Keluhan utama adalah hal-hal
yang berkaitan dengan kehamilan, yang dirasakan dan dikemukan oleh ibu hamil
kepada pemeriksa.
b. Identitas ibu, Identitas yang ditanyakan adalah nama ibu,
nama suami, alamat lengkap.
c. Hal-hal yang berkaitan dengan fungsi
reproduktif, Pertanyaan ini meliputi
hal-hal yang mungkin berkaitan dengan faktor resiko, yaitu umur ibu, paritas,
Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) lama haid, siklus haid dan jenis kontrasepsi
yang digunakan (kalau ibu tersebut peserta KB).
d. Hal-hal yang berkaitan dengan kehamilan
sekarang, Hal-hal yang berkaitan dengan
kehamilan sekarang yaitu berhubungan dengan gerakan janin, hal-hal yang
dirasakan akibat perkembangan kehamilan dan penyimpangan dari normal (keadaan
patologis).
2. Pemeriksaan fisik diagnostik
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan
lanjutan dari anamnesis. Pemeriksaan ini meliputi:
a. Berat
badan, Lingkar Lengan Atas (LILA) dan tinggi badan.
Berat ibu semasa hamil harus bertambah
rata-rata 0,3-0,5 Kg per minggu. Bila dikaitkan dengan umur kehamilan, kenaikan
berat badan selama hamil muda ± 1 Kg, selanjutnya tiap trimester (II dan III)
masing-masing bertambah 5 Kg. Pada akhir kehamilan berat badan meningkat, maka
perlu difikirkan adanya resiko (bengkak, kehamilan kembar, anak besar).
b. Tekanan
darah, nadi, frekuensi pernafasan dan suhu tubuh.
Tekanan darah tinggi pada kehamilan
merupakan resiko. Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg.
Bila tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih diatas normal,
dan/atau diastolic 15 mmHg atau lebih diatas normal, kelainan ini dapat
berlanjut menjadi preeklamsia dan eklamsia kalau tidak ditangani dengan tepat.
Nadi yang normal adalah 80/menit. Bila nadi lebih dari 120/ menit, maka hal ini
menujukkan adanya kelainan. Sesak nafas ditandai dengan frekwensi pernafasan
yang meningkat dan kesulitan bernafas serta rasa lelah. Bila hal ini timbul
setelah melakukan kerja fisik (berjalan, tugas sehari-hari), maka kemungkinan
terdapat penyakit jantung. Suhu tubuh ibu hamil lebih dari 37,50c dikatakan
demam, berarti ada infeksi dalam kehamilan. Hal ini merupakan penambahan beban
bagi ibu dan harus dicari penyebabnya.
c. Adanya cacat tubuh
Cacat tubuh misalnya cacat tulang belakang
yang berpengaruh terhadap kehamilan/persalinan, seperti kifosis, lordosis dan
scoliosis, perlu diperhatikan karena mungkin menyebabkan gangguan pertumbuhan
janin atau kesulitan dalam persalinan.
3. Pemeriksaan obstetrik
Meliputi pemeriksaan luar, pemeriksaan
panggul dalam (pelvimetri), dan pemeriksaan diagnostik penunjang.
a. Pemeriksaan luar
Dilakukan dengan perabaan perut.
Tujuannya adalah untuk memperkirakan umur kehamilan, taksiran berat janin
terhadap umur kehamilan, letak janin, turunnya bagian terendah janin dan detak
jantung janin.
b. Pemeriksaan panggul dalam (pelvimentri)
Pemeriksaan panggul dalam biasanya
dilakukan sekali dalam kehamilan untuk mengetahui panggul sempit, pintu atas
penggul, pintu bawah panggul, dan kelainan bentuk panggul. Biasanya dilakukan
pada kehamilan 8 bulan atau lebih.
c. Pemeriksaan diagnostik penunjang
Pemeriksaan diagnostik penunjang yang
penting dalam pemeriksaan kehamilan antara lain : Pemeriksaan Hb, pemeriksaan ini untuk
menentukan kadar hemoglobin, dan derajat anemia (bila ada), Pemeriksaan urin. Pemeriksaan ini untuk
mengetahui adanya protein dan glukosa dalam urin, Lain-lain bila diperlukan.
2. Persalinan
Normal
a. Pengertian
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lahir ke
dunia luar (Prawiroharjo,S, 1999).
Persalinan dan kelahiran
normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
b.
Jenis
- Jenis Persalinan
Menurut tuanya kehamilan :
1. Abortus, Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan
22 minggu atau bayi dengan berat badan kurang dari 500 gr.
2. Partus
immaturus, Pengeluaran buah kehamilan
antara 22 minggu dan 28 minggu atau bayi dengan berat badan antara 500 gr dan
999 gr.
3. Partus
trematurus, Pengeluaran buah kehamilan
antara 28 minggu dan 37 minggu atau bayi dengan berat badan antara 1000 gr dan
2499 gr
4. Partus
maturus atau partus aterm, Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42
minggu atau bayi dengan berat badan 2500 gram atau lebih
5. Partus postmaturus atau partus
serotinus, Pengeluaran buah kehamilan
adalah kehamila 42 minggu
Menurut cara persalinan dibedakan
menjadi 3 macam antara lain :
1. Partus spontan/Biasa
Persalinan
yang berlangsung, dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir
2. Partus buatan
Persalinan
yang dibantu dengan tenaga dari luar, misalnya ekstraksi vakum dan sectio
caesarea (SC)
3. Partus anjuran
Persalinan
bila bayi sudah cukup besar untuk hidup diluar, tetapi menimbulkan kesulitan
dalam persalinan dan tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung
setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin.
c.
Tanda-tanda
Persalinan
Menurut
Manuaba, (2002), tanda-tanda persalinan adalah sebagai berikut :
1.
Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang
semaikn pendek
2. Dapat
terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu :
a.
Pengeluaran lendir
b.
Lendir bercampur darah
3. Dapat
disertai ketuban pecah
4. Pada
pemeriksaan dalam , dijumpai perubahan servik
a.
Perlunakan serviks
b.
Pendataran serviks
c.
Terjadi pembukaan serviks
d. Proses Persalinan
Pada proses persalinan menurut (Mochtar,R, 2001)
di bagi 4 kala yaitu :
1. Kala 1 : Kala pembukaan
Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi
pembukaan lengkap (10 cm). Dalam kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase :
a). Fase laten
1. Dimulai
sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara
bertahap
2. Pembukaan
kurang dari 4 cm
3. Biasanya
berlangsung kurang dari 8 jam
b). Fase aktif
1. Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya
meningkat (kontraksi adekuat / 3 kali atau lebih dalam 10 menit
dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
2. Serviks membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan
kecepatan 1cm/lebih perjam hingga pembukaan lengkap (10)
3. Terjadi
penurunan bagian terbawah janin
4. Berlangsung selama 7 jam dan di
bagi atas 3 fase, yaitu
a) Periode
akselerasi, berlangsung selama 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
b) Periode
dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam
pembukaan berlangsung cepat dari 4 cm menjadi 9 cm
c) Periode deselerasi, berlangsung
lambat dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm.
2. Kala II : Kala pengeluaran
Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan
mengejan mendorong janin hingga keluar.
Pada kala
II ini memiliki ciri khas :
a) His
terkoordinasi, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira
2-3menit sekali
b) Kepala
janin telah turun masuk ruang panggul dan secara reflektoris menimbulkan rasa
ingin mengejan
c) Tekanan pada
rektum, ibu merasa ingin BAB
d) Anus membuka
e) Pada waktu
his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang, dengan
his dan mengejan yang terpimpin kepala akan lahir dan diikuti seluruh badan
janin.
Lama pada kala II ini pada primi dan multipara berbeda
yaitu :
a) Primipara
kala II berlangsung 1,5 jam - 2 jam
b) Multipara
kala II berlangsung 0,5 jam - 1 jam
Pimpinan persalinan
Ada 2 cara ibu mengejan pada kala II yaitu menurut dalam letak
berbaring, merangkul kedua pahanya dengan kedua lengan sampai batas siku,
kepala diangkat sedikit sehingga dagu mengenai dada, mulut dikatup; dengan
sikap seperti diatas, tetapi badan miring kearah dimana punggung janin berada
dan hanya satu kaki yang dirangkul yaitu yang sebelah atas (JNPKR dan
Depkes, 2002)
3. Kala III : Kala uri
Yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta). Setelah bayi
lahir kontraksi rahim berhenti sebentar, uterus teraba keras dengan fundus
uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali
sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pengeluaran dan
pelepasan uri, dalam waktu 1 – 5 menit plasenta terlepas terdorong ke dalam vagina dan
akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan (brand androw, seluruh proses
biasanya berlangsung 5 – 30 menit setelah bayi lahir. Dan pada
pengeluaran plasenta biasanya disertai dengan pengeluaran darah kira – kira
100-200cc.
a. Tanda kala III terdiri dari 2 fase
:
1) Fase
pelepasan uri
Mekanisme pelepasan uri terdiri atas:
a. Schultze
Data ini sebanyak 80 % yang lepas terlebih dahulu di
tengah kemudian terjadi reteroplasenterhematoma yang menolak uri mula – mula di
tengah kemudian seluruhnya, menurut cara ini perdarahan biasanya tidak ada
sebelum uri lahir dan banyak setelah uri lahir.
b. Dunchan
Lepasnya
uri mulai dari pinggirnya, jadi lahir terlebih dahulu dari pinggir (20%), Darah akan
mengalir semua antara selaput ketuban
c. Serempak dari tengah dan pinggir plasenta
2) Fase
pengeluaran uri
a. Frasat
- Frasat
untuk mengetahui lepasnya uri yaitu :
1) Kustner
Meletakkan tangan dengan tekanan pada / diatas
simfisis, tali pusat diregangkan, bila plasenta masuk berarti belum lepas, bila
tali pusat diam dan maju (memanjang) berarti plasenta sudah terlepas.
2) Klien
Sewaktu ada his kita dorong sedikit rahim, bila tali
pusat kembali berarti belum lepas, bila diam/turun berarti sudah terlepas.
3) Strastman
Tegangkan tali pusat dan ketuk pada fundus, bila tali
pusat bergetar berarti belum lepas, bila tidak bergetar berarti sudah
terlepas.
4) Rahim
menonjol diatas symfisis
5) Tali pusat
bertambah panjang
6) Rahim
bundar dan keras
7) Keluar
darah secara tiba-tiba
4.
Kala IV : Kala pengawasan
Yaitu waktu setelah bayi lahir dan uri selama 1-2 jam
dan waktu dimana untuk mengetahui keadaan ibu terutama terhadap bahaya
perdarahan post partum.
e. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan merupakan gerakan-gerakan
janin pada proses persalinan yang meliputi langkah sebagai berikut :
a)
Turunnya kepala, meliputi
:
1. Masuknya
kepala dalam PAP
2. Dimana sutura sagitalis terdapat ditengah – tengah
jalan lahir tepat diantara symfisis dan promontorium ,disebut
synclitismus.Kalau pada synclitismus os.parietal depan dan belakang sam
tingginya jika sutura sagitalis agak kedepan mendekati symfisis atau agak
kebelakang mendekati promontorium disebut Asynclitismus.
3. Jika sutura sagitalis mendekati symfisis disebut
asynclitismus posterior jika sebaliknya disebut asynclitismus anterior.
b) Fleksi
Fleksi disebabkan karena anak didorong maju dan
sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir PAP serviks, dinding panggul atau
dasar panggul.
c) Putaran paksi dalam
Yaitu putaran dari bagian depan sedemikian rupa
sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah symfisis.
d)
Ekstensi
Setelah kepala di dasar panggul terjadilah distensi
dari kepala hal ini disebabkan karena lahir pada intu bawah panggul mengarah ke
depan dan keatas sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.
e)
Putaran paksi luar
Setelah kepala lahir maka kepala anak memutar kembali
kearah punggung anak torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam.
f)
Ekspulsi
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar sesuai
arah punggung dilakukan pengeluaran anak dengan gerakan biparietal sampai
tampak ¼ bahu ke arah anterior dan posterior dan badan bayi keluar dengan
sangga susur.
f. 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal
1. Mendengar
dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
a. Ibu
merasa ada dorongan kuat untuk meneran
b.
Ibu merasa takanan yang semakin meningkat pada rektum
dan vagina
c.
Perineum tampak menonjol
d. Vulva dan
sfingter ani membuka
2. Pastikan
kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan
dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
Untuk asfiksia à tempat yang datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan
kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh
bayi.
a) Menggelar
kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi
b) Menyiapkan
oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set
3. Pakai celemek
plastik.
4. Melepaskan dan
menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih
mengalir kemudian keringkan tangan dengan handuk yang bersih dan kering.
5. Pakai
sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam.
6. Masukkan
oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung
tangan DTT atau steril) dan letakkan di partus set/wadah DTT atau steril
(pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).
7. Membersihkan
vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan
menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi dengan DTT.
a) Jika
introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan
seksama dari arah depan ke belakang
b) Buang kapas
atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
c) Ganti
sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam larutan
klorin 0,5 %)
8. Lakukan
periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah
lengkap maka lakukan amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian
lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5 % selama 10
menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10.Periksa DJJ setelah kontraksi/saat relaksasi
uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160x/menit).
a) Mengambil
tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
b) Mendokumentasikan
hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-hasil penilaian serta
asuhan lainnya pada partograf
11. Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik dan bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya.
a) Tunggu
hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan
ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif)
b) Jelaskan pada anggota
keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat
pada ibu untuk meneran dengan benar
12. Minta
keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa ingin meneran dan
terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi
lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
13. Laksanakan
bimbingan meneran saat ibu marasa ada dorongan kuat untuk meneran.
a) Bimbing ibu
agar dapat meneran secara baik dan efektif
b) Dukung dan
beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak
sesuai
c) Bantu ibu
mengambil posisi nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring
terlentang dalam waktu yang lama)
d) Anjurkan
ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
e) Anjurkan
keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
f) Berikan
cukup asupan cairan per oral (minum)
g) Menilai DJJ
setiap kontraksi uterus selesai
h) Segera
rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2
jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran
(multigravida)
14. Anjurkan
ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman jika ibu belum
merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15. Letakkan
handuk bersih (untuk mengeringkan bayi di perut ibu, jika kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5-6 cm).
16. Letakkan
kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong.
17. Buka tutup
partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18. Pakai
sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Setelah
tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum
dengan tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain
menahan kepala bayi untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
20. Seka dengan
lembut muka, mulut, dan hidung bayi dengan kasa/kain bersih.
21. Periksa
kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal
itu terjadi dan segera lanjutkan proses kelahiran
bayi.
a) Jika tali
pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala
bayi
b) Jika tali pusat
melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong
diantara dua klem tersebut
22. Tunggu
kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
23. Setelah
kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparetal. Anjurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah
atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
24. Setelah
kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah
kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas
untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
25. Seteleh
tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong,
tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara mata kaki
dan pegang masing-masing mata kaki ibu jari dan jari-jari lainnya).
26.
Penilaian segera bayi baru lahir.
27. Keringkan
tubuh bayi, bungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali pusat.
28. Jepit tali
pusat dengan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi. Mendorong
isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2cm
distal dari klem pertama.
29. Dengan satu
tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit dan lakukan pengguntingan
(lindungi perut bayi) tali pusat diantara 2 klem tersebut.
30. Ganti
handuk yang basah dengan handuk/kain baru yang bersih dan kering, selimuti dan
tutup kepala bayi dan biarkan tali pusat terbuka. Tali pusat tidak perlu
ditutup dengan kassa atau diberi yodium tapi dapat dioles dengan antiseptik. Jika bayi
mangalami kesulitan bernafas, lihat penatalaksanaan asfiksia
31. Berikan
bayi kepada ibunya dan anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan untuk
memulai pemberian ASI.
32. Letakkan
kain bersih dan kering pada perut ibu, periksa
kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil
tunggal).
33.
Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik agar uterus
berkontraksi baik.
34. Dalam waktu
1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas bagian distal
lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
35. Pindahkan
klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
36. Letakkan
satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simpisis untuk mendeteksi.
Tangan lain menegangkan tali pusat.
37. Setelah
uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas
(dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika
plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan
ulangi prosedur di atas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi minta ibu, suami datau
anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu
38. Lakukan
penegangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas. Minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir
(tetap lakukan tekanan dorsokranial).
39. Saat
plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada tempat yang telah disediakan. Jika
selaput ketuban robek, pakai serung tangan DTT atau steril untuk melakukan
eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau
steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
40. Segera
setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan
telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah
15 detik masase.
41. Periksa
kedua sisi plasenta baik bagian meternal maupun fetal dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan palsenta ke dalam kantung plastik
atau tempat khusus.
42. Evaluasi
kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan panjahitan bila laserasi
menyebabkan perdarahan.
43. Pastikan
uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
44. Celupkan
kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %,
bilas kedua tangan tersebut dengan air DTT
dan keringkan dengan kain yang bersih dan kering.
45. Selimuti
bayi dan tutupi bagian kepalanya dengan handuk atau kain bersih
dan kering.
46. Minta ibu
memulai pemberian ASI secara dini (30-60 menit setelah bayi
lahir).
47. Lanjutkan
pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
a) 2-3 kali
dalam 15 menit pertama pascapersalinan
b) Setiap 15
menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
c) Setiap
20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
d) Jika uterus
tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia
uteri
48. Ajarkan
ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
49. Evaluasi
dan estimasi jumlah kehilangan darah.
50. Memeriksa
nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15menit selama 1jam pertama pascapersalinan
dan setiap 30menit selama jam kedua pascapersalinan.
a) Memeriksa temperatur
tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pascapersalinan
b) Melakukan
tindakan ynag sesuai untuk temuan yang tidak normal.
51. Tempatkan
semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 %
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi.
52. Buang
bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
53. Bersihkan
ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir, dan
darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering.
54. Pastikan
ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi
ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
55. Dekontaminasi
tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5 %.
56. Celupkan
sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %, balikkan bagian dalam keluar
dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama
10menit.
57. Cuci kedua
tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Lengkapi
partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV dan
lakukan penimbangan bayi, beri tetes mata profilaksis dan vitamin K 0, 1 cc.
3. Nifas Normal
a. Pengertian
Masa nifas
(puerperium) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya enam minggu. (Sastrawinata, 1983).
Masa nifas
(Puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai alat-alat
kandungan kembali seperti pra hamil, lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu.(Mochtar,
Rustam, 1998)
Masa nifas
(Puerperium) adalah masa dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Buku panduan Praktis Pelayanan kes.
Maternal dan neonatal : 2002)
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
masa nifas merupakan masa setelah lahirnya plasenta hingga kembalinya
organ-organ reproduksi seperti semula dengan kisaran waktu 6-12 minggu.
Dalam bahasa latin, waktu tertentu setelah melahirkan
anak ini disebut puerpurium, yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous
melahirkan. Puerperium berarti masa setelah melahirkan.
Nifas di bagi dalam 3 periode :
1.
Puerperium dini
Kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan.
2.
Puerperium
intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genital.
3.
Remote
puerperium
Waktu yang
diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna.
b. Perubahan
Fisiologis Masa Nifas
1. Perubahan Sistem Reproduksi
Pada sistem reproduksi akan terjadi involusi uterus,
dimana terjadi proses kembalinya uterus seperti keadaan semula sebelum hamil.
Proses involusi berlangsung selama 6 minggu dan selama proses ini berlangsung
berat uterus berkurang sekitar 500 gram setiap minggunya, begitu juga ukuran
serviks hingga akan menutup selebar 2 jari. Proses involusi uterus ini disertai
dengan penurunan tinggi fundus uteri. Pada hari pertama, TFU di atas simpisis
pubis atau sekitar 12 cm . Proses ini terus berlangsung dengan penurunan TFU
setiap 1 cm setiap harinya, sehingga pada hari ke-7 TFU berkisar 5 cm.
Fundus uteri sekitar tiga jam pos partum di bawah pusat, selama dua
hari berikutnya besarnya tidak seberapa berkurang, tetapi setelah
dua hari uterus mengecil dengan cepatnya sehingga pada hari ke-10 tidak teraba
lagi dari luar. Setelah enam minggu uterus pada ukuran semula.
Setelah plasenta lahir berat uterus 1000 gram, minggu I : 500 gram, minggu II : 375 gram,
minggu ke III : 50-60 gram. Penurunan TFU :
Hari I post
parturn
: setinggi pusat
Hari ke-5 post
partum : pertengahan pusat
simpisis
Hari ke-10 post
partum : tidak teraba
Perubahan yang
terjadi pada serviks ialah segera postpartum bentuk serviks agak menganga
seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada
perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin.
Pada masa nifas terlihat pengeluaran cairan yang biasa
disebut dengan lokia. Perubahan lokia dibagi dalam 4 tahap :
1. Lokia rubra
Hari pertama dan kedua merupakan darah segar
sisa-sisa selaput ketuban, sisa mekonium (feses janin), sel-sel desidua,
sisa-sisa verniks kaseosa, dan lanugo.
2. Lokia
sanguinolenta
Hari ketiga hingga hari ketujuh cairan yang keluar adalah
lokia sanguinolenta, terdiri atas darah dan sisa jaringan.
3. Lokia serosa
Seminggu kemudian hingga 2 minggu, cairan yang keluar
mulai berwarna kekuningan atau disebut lokia serosa.
4. Lokia alba
Setelah dua minggu, cairan yang keluar mulai
berwarna putih atau disebut lokia alba.
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat
persiaapan-persiapan pada kelenjar-kelenjar mammae untuk mengahadapi masa
laktasi ini. Perubahan yang terdapat pada mammae, antara lain :
1. Proliferasi
jaringan, terutama kelenjar-kelenjar dan alveolus mamma dan lemak.
2. Pada
duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat dikeluarkan,
berwarna kuning (kolostrum).
3. Hipervaskularisasi
terdapat pada permukaan maupun pada bagian dalam mammae
4. Adanya
pengaruh hormon prolaktin yang berfungsi untuk menghasilkan ASI.
b. Perubahan Sistem Pencernaan
Penurunan produksi progesteron, menyebabkan nyeri ulu
hati dan konstipasi, terutama dalam beberapa hari pertama. Ini terjadi karena
kurangnya aktivitas motilitas usus akibat kurangnya keseimbangan cairan selama
persalinan.
c. Perubahan Sistem Perkemihan
Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum, ini
dikarenakan saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali
normal setelah 4 minggu postpartum. Pada awal postpartum, kandung kemih
mengalami edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh adanya
overdistensi pada saat kala 2 persalinan dan pengeluaran urine yang tertahan
selama proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan oleh adanya trauma
saat persalinan berlangsung dan trauma ini dapat berkurang setelah 24 jam
postpartum.
d. Perubahan Sistem Endokrin
Saat plasenta terlepas dari dinding uterus, kadar HCG dan
HPL secara berangsur turun dan normal kembali setelah 7 hari postpartum. HCG
sudah tidak terdapat dalam urine ibu setelah 2 hari postpartum.
e. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung
sampai kala tiga ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada
beberapa hari pertama postpartum dan akan kembali normal pada akhir minggu ke-3
postpartum.
f. Perubahan Sistem Hematologi
Terjadi peningkatan sel darah putih yang merupakan
manifestasi adanya infeksi pada persalinan. Hal ini dapat meningkat pada awal
nifas yang terjadi bersamaan dengan peningkatan tekanan darah serta volume
plasma dan volume sel darah merah. Pada 2-3 hari postpartum, konsentrasi
hematokrit menurun sekitar 2 % atau lebih. Total kehilangan darah pada saat
persalinan dan nifas kira-kira 700-1500 ml.
c. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
Ibu dalam masa nifas juga memerlukan perhatian khusus
seperti di kala hamil, Ibu nifaspun mempunyai kebutuhan dasar yang bisa
membantu proses pemulihan. Kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut antara lain :
1.
Nutrisi dan Cairan
Tidak ada pantangan apa pun dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi ibu nifas. Ibu nifas harus mendapat nutrisi dengan tambahan kalori
200-500 kalori yang sangat berguna untuk produksi ASI dan proses penyembuhan.
Nutrisi ini harus dipenuhi dengan makan makanan yang bergizi.
2. Ambulasi
Ambulasi sedini mungkin sangat diperlukan, kecuali jika
ada kontraindikasi. Ambulasi ini berfungsi untuk meningkatkan sirkulasi darah
dan mencegah terjadinya tromboflebitis, meningkatkan fungsi kerja peristaltik
dan kandung kemih sehingga mencegah distensi abdominal dan konstipasi. Ambulasi
pada ibu nifas dilakukan secara bertahap sesuai dengan kekuatan dan kemampuan
Ibu.
3. Eliminasi
Eliminasi juga penting untuk ibu nifas karena mencegah
terjadinya distensi abdominal. Berbagai rangsangan dapat diberikan pada ibu
jika mengalami kesulitan dalam eliminasi, seperti rendam duduk dan kompres
hangat.
4. Higiene
Area perineum merupakan daerah yang harus mendapatkan
perhatian khusus dalam hal kebersihan. Ibu terkadang merasa takut untuk
menyentuh area tersebut, terutama pada ibu yang terdapat luka jahit di
perineum. Bidan bisa mengajarkan ibu dengan cara mengalirkan air hangat ke atas
vulva perineum setelah berkemih atau defekasi. Payudara juga harus diperhatikan
kebersihannya, dengan melakukan perawatan payudara secara rutin akan terhindar
dari infeksi.
5. Istirahat
Ibu nifas juga membutuhkan istirahat yang cukup untuk
membantu mempercepat pemulihan organ-organ dan kelancaran produksi ASI.
Istirahat ini dapat dilakukan dengan tidur siang dan tidur malam.
6.
Mobilisasi
Karena
lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam
paska persalinan. Kemudian boleh miring kanan dan miring kiri untuk mencegah
terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke 2 duduk, hari
ke 3 exercise, hari ke 4-5 sudah
diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada
komplikasi persalinan, nifas dan penyembuhan luka.
7. Diet
Makanan
harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein, banyak cairan, serat dan vitamin.
8. Miksi
Hendaknya
miksi dapat dilakukan sendiri secepatnya. Terkadang wanita mengalami sulit
kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh
iritasi M.sphincter ani selama persalinan, juga karena adanya distensi kandung
kemih yang terjadi selama persalinan. Kandung kemih penuh dan wanita sulit
kencing, sebaiknya dilakukan katererisasi.
9. Defekasi
Buang
air besar harus dilakukan 3 – 4 hari paska persalinan. Bila masih sulit buang
air besar dan terjadi obstipasi dapat diberikan obat pencahar per oral atau
supositoria.
10. Perawatan
payudara (mammae)
Perawatan
mammae telah dimulai sejak wanita hamil supaya punting susu lemas, tidak keras
dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi meninggal,
laktasi harus dihentikan dengan cara :
a. pembalutan mammae sampai tertekan
b. pemberian obat esterogen untuk supresi
LH seperti tablet lynoral dan parlodel. Dianjurkan sekali menyusukan
bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.
11. Laktasi
Untuk
menghadapi masa laktasi sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan pada
kelenjar mamma yaitu :
a. Proliferasi jaringan pada kelenjar mamae,
alveoli dan jaringan lemak bertambah.
b. Keluar cairan kolostrum dari duktus
laktiferus disebut kolostrum bewarna kekuningan.
c. Hipervasularisasi pada permukaan dan
bagian dalam dimana seluruh vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
d. Setelah persalinan pengaruh supresi
estrogen dan progesteron hilang. Maka
timbul pengaruh lactogenic hormone (LH) atau prolaktin yang akan
merangsang air susu. Di samping itu pengaruh oksitosin menyebabkan mio-epitel
kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak
sesudah 2-3 hari postpartum. kontraksinya buruk , sakit pada punggung atau
nyeri pada pelvik yang persisten , perdarahan pervagina abnormal seperti
perdarahan segar, lochea rubra banyak, persisten, dan berbau busuk.
d.
Adaptasi Psikologis Masa Nifas
Dalam masa transisi, ibu terkadang mengalami stres
emosional terhadap perannya sebagai ibu baru. Ini bisa disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain :
1.
Respons dan
dukungan dari keluarga dan teman
2. Hubungan antara
pengalaman melahirkan dan harapan serta aspirasi
3.
Pengalaman
melahirkan dan membesarkan anak yang lain
4.
Pengaruh budaya
Menurut Rubin, tahapan adaptasi psikologis ibu nifas
terjadi dalam 3 tahap :
1.
Taking in
Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan, pada
umumnya ibu bersikap pasif dan tergantung, dan perhatiannya tertuju pada
perubahan tubuhnya. Pada tahap ini ibu akan mengulang-ulang pengalamannya waktu
bersalin dan melahirkan.
2. Taking hold
Berlangsung 2-4 hari postpartum. Ibu menjadi perhatian
pada kemampuannya menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab
terhadap bayinya. Ibu akan berusaha keras untuk menguasai keterampilan untuk
merawat bayi, namun ibu agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam merawat
bayinya, sehingga ibu sangat membutuhkan dukungan emosional dari keluarga serta
nasihat dari bidan untuk menerima pengetahuan dan kritikan.
3. Letting go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat
berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga, Ibu
mengambil tanggung jawab penuh dalam merawat bayinya. Umumnya pada periode ini
sering terjadi depresi postpartum.
e.
Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan dari perawatan nifas ini adalah
:
1.
Memulihkan
kesehatan umum penderita
a. Menyediakan makanan sesuai kebutuhan
b.
Mengatasi
anemia
c. Mencegah infeksi dengan memperhatikan
kebersihan dan sterilisasi
d. Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot untuk memperlancar
peredaran darah.
2. Mempertahankan
kesehatan psikologis
3. Mencegah
infeksi dan komplikasi
4. Memperlancar
pembentukan air susu ibu
5. Mengajarkan ibu
untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan memelihara
bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang normal.
f.
Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Paling sedikit 4 kali kunjungan nifas dilakukan untuk
mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.
Frekuensi
kunjungan masa nifas :
a. Kunjungan
I : 6‑8 jam pasca persalinan.
Tujuan :
1) Mencegah
perdarahan masa nifas akibat atonia uteri
2) Mendeteksi dan
merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut
3) Memberikan
konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas
4) Pemberian ASI
awal
5) Melakukan
hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6) Menjaga bayi
tetap sehat dengan mencegah hipotermi
7) Jika petugas
kesehatan menolong persalinan ia harus tinggal dengan ibu dan bayi untuk 2 jam
pertama setelah kelahiran sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil
b.
Kunjungan
II : 6 hari pasca persalinan
Tujuan :
1) Memastikan involusi uterus berjalan
normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak
ada bau
2) Menilai adanya demam
3) Memastikan agar ibu mendapatkan cukup makanan,
cairan dan istirahat
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda penyulit
5) Memberi konseling kepada ibu tentang asuhan
kepada bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan perawatan
bayi sehari-hari
c. Kunjungan
III : 2 minggu pasca persalinan
Tujuan : sama dengan 6 hari pasca
persalinan.
d.
Kunjungan IV
: 6 minggu pasca persalinan.
Tujuan :
1) Mengkaji tentang kemungkinan
penyulit pada ibu
2) Memberi konseling keluarga berencana
(KB) secara dini
DAFTAR
PUSTAKA
Depkes
RI. 1994. Asuhan Kehamilan. Depkes RI
: Jakarta.
Manuaba,I
BG. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Prawirohardjo,
S. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Yayasan Bina Pustaka: Jakarta.
,
1995, Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka: Jakarta.
Rustam,
Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri.
ECG. Jakarta.
Salmah,
dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal.
Penerbit ECG : Jakarta.
Sastrawinata,
Sulaiman. 1983. Obstetri Fisiologi.
FK UNPAD : Bandung.
Wiknjosastro,
Hanifa, dkk. 2002. Ilmu Kebidanan.
Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.
Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.
Widyastuti ., 2003. Pedoman Praktis Safe motherhood. EGC, Jakarta.